Sejarah Land Tjitajam / Citayam Depok

Sejarah Citayam Depok

Citayam merupakan kampung di pinggiran Depok yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Area ini di masa sekarang mencakup seluruh lahan yang berada di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Sedangkan di masa lalu Citayam adalah sebuah kampung yang bertetangga dengan Kampung Cipayung.


Dari mana nama asal Citayam belum diketahui secara pasti. Ada yang menyebut Citayam dari dua suku kata, Cit berasal dari peuncit dan Ayam berati ayam. Dalam bahasa Sunda jika digabungkan menjadi Pameuncitan Ayam yang dalam bahasa Melayu berartinya pemotongan ayam. Bahkan ada yang sekenanya menyebut, kata Citayam diambil dari nama Ci dan Ayam yang artinya adalah Sungai Ayam.

Berdasarkan peta ‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau pada 1901, sudah disebutkan nama Citayam yang ditulis dengan Tjitajam. Menurut peta tersebut, area Citayam meliputi kampung Bojong, Pondok Terong, Rawa Geni, Ratu Jaya, Pabuaran, dan Citayam (Tjitajam) sendiri. Kemudian, Kampung Citayam dengan beberapa kampung lain yang berdekatan dibentuk menjadi sebuah desa, yang diberi nama Desa Citayam.

Kampung Citayam terletak di sisi barat Kali Pesanggrahan dan di sisi timur (masih menjadi daerah ulayat Kampung Citayam) terdapat landhuis yang menjadi lokasi rumah tuan tanah dan bangunan-bangunan untuk kegiatan usahanya. Tuan tanah ini memiliki tanah pemilikan pribadi (tanah partikelir) yang bertetangga dengan tanah-tanah partikelir yang lainnya, yaitu Landhuis Depok, Cilangkap, Sawangan, Ciseeng, dan Bojong Gede. Dengan memperhatikan posisi tanah partikelir yang berada di hulu Kali Pesanggarahan ini, maka sebenarnya Kampung Citayam, Desa Citayam bersama dengan semua desa (kini kelurahan) yang menjadi bagian dari Kecamatan Cipayung adalah termasuk land yang kemudian disebut Landhuis Citayam. Disebut Landhuis Citayam karena landhuisnya berada di wilayah (tanah) Kampung Citayam.

Saat itu land Citayam merupakan wilayah yang termasuk Residentie (Provinsi) Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng. Sekarang area ini berada di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kecamatan ini terdiri dari Kelurahan Pondok Terong, Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya.

Pada 1999 lima desa ini (yang kini telah berstatus kelurahan) dipisahkan dari Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor dan menjadi bagian Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Kemudian pada 2011 lima desa ini menjadi Kecamatan Cipayung.

Sedangkan, Desa Citayam dimekarkan dengan desa induk bernama Desa Citayam, sedangkan desa pemekaran bernama Desa Raga Jaya. Untuk Kampung Citayam, merupakan bagian dari Desa Raga Jaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Cukup rumit memang, karena ini tak lepas dari pemekaran Depok menjadi kota mandiri terpisah dari Kabupaten Bogor.

Sejak era kolonial, Citayam merupakan daerah penghasil karet yang tersohor. Di landhuis Citayam terdapat rumah tuan tanah dan properti lainnya, termasuk pabrik penggilingan karet. Pusat kegiatan tanah partikelir ini berada di dua lokasi. Untuk rumah pemilik atau tuan tanah lokasinya berada di sisi barat pinggir setu (danau kecil) yang disebut Setu Citayam. Sedangkan pabrik penggilingan, gudang dan tempat para pekerja lokasinya berada di sebelah barat setu (lokasi perumahan Atsiri yang sekarang).

Dalam perkembangannya, nama Citayam menjadi lebih sangat menonjol seiring dengan dibangunnya sebuah halte atau stasiun kereta api yang diberi nama Stasion Tjitajam pada 1922. Letak stasiun ini tepat berada di sisi timur setu

.Hasil-hasil perkebunan Citayam dibawa melalui jalan pos polisi dan pasar Citayam yang sekarang menuju stasiun Citayam. Kemudian dibuat alternatif melalui setu yang sekarang disebut Jalan Pos (kereta api) Citayam. Perempatan yang terbentuk karena pembuatan jalan alternatif tersebut di sekitar Setu Citayam ini kemudian sering disebut sebagai simpang (perempatan) Hek.

Citayam juga merujuk pada sebuah setu, area tanah partikelir (landhuis), dan stasiun kereta api. Setu Citayam juga sudah dipetakan dalam peta ‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau pada 1901.
Bahkan nama Citayam sudah dikenal karena disebut seorang ahli Botani ternama Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis yang dua kali mengunjungi Setu Citayam. Direktur Herbarium Kerajaan (Rijksherbarium) Leiden, Belanda (1962-1972) yang biasa disapa Profesor Kees van Steenis pertama kali datang ke Setu Citayam pada 1929, diperkirakan antara akhir Maret atau April. Sebab pada 14 Maret di sempat singgah di Depok dan melanjutkan perjalanan ke Gunung Gede, Cibodas pada 5 Mei.

Kunjungan kedua Kees van Steenis ke Setu Citayam pada 28 Agustus 1932. Dia bertugas di Kebun Raya Bogor dari 1929 hingga 1949, telah menulis dua buku bidang botani dan biografi, yaitu Flora Voor De Scholen in Indonesie (1949) dan The Mountain Flora of Java (berisi pemerian 456 spesies asli pegunungan Jawa).

Pembangunan Stasiun Citayam pada 1922 juga membuat nama daerah ini tidak asing. Kehadiran Stasiun/Halte Citayam merupakan bagian dari beroperasinya Kereta Api Batavia (Jakarta Kota)-Buitenzorg (Bogor) sejak awal 1873. Diketahui pembangunan jalur kereta antara Jakarta dan Bogor oleh NIS (Nederland Indische Spoorweg Maatschappij) dicanangkan pada 1870. Pembukaan jalur kereta pertama di Jakarta, sempat diberitakan Javabode, sebuah koran lokal saat itu, pada 15 September 1871.

Jalur kereta api Batavia-Buitenzorg ini terdiri dari stasiun utama (hoofdstatsion), stasiun (stasiun kecil), halte (halte besar) dan overweg (halte kecil). Stasiun utama berada di Batavia lama (Stadhuis/NIS) dan Buitenzorg. Untuk halte dan overweg terdapat di Cileboet, Bodjong Gede, Tjitajam, Depok, Pondok Tjina, Lenteng Agoeng, Pasar Minggoe.

Sumber : Okezone.com
loading...

Artikel Terkait

Sejarah Land Tjitajam / Citayam Depok
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email