Sejarah sawangan tempo doeloe
Sawangan saat sekarang adalah daerah yang mulai padat di tinggali oleh penduduk, perkembangan proyek perumahan di sawangan semakin menjamur , dari awal harga rumah sawangan sangat murah sampai saat ini mulai merangkak naik dan sudah tergolong mahal untuk kalangan menengah kebawah, tentu sangat berbeda saat zaman dahulu, sawangan daerah yang kurang menarik dan kurang aman untuk para pendatang.kita simak sejarah sawangan pada masa kolonial di bawah ini.
Land sawangan adalah Tetangga dari Land Depok, Land Mampang, Land Tjinere, Land Tjitajam dan Land Pondok Tjina yang secara ekonomi sudah berkembang sejak era VOC, Land Sawangan justru baru dikembangkan di era Pemerintah Hindia Belanda. Land Sawangan seakan terjepit antara wilayah perluasan ekonomi dari barat (Land Paroeng) dan wilayah perluasan ekonomi dari timur (Land Depok).
Peta 1901 Perkembangan Land Sawangan mulai diperhatikan pemerintah saat mana Pemerintah mengumumkan nilai pajak (NJOP) Land Sawangan sebesar f7.973 (Bataviasche courant, 02-03-1825). Pembentukan Situ Pasir Poetih menjadi faktor penting dalam perkembangan lebih lanjut Land Sawangan. Situ Pasir Poetih tidak hanya memicu pencetakan sawah baru, juga kemudian menjadi sumber air utama dalam intensifikasi perkebunan (onderneming). Inti perkebunan di Land Sawangan berpusat di desa Bedahan yang sekarang.
Belum diketahui sejak kapan dan siapa yang memulai peruntungan di Land Sawangan. Namun cukup kerap terjadi jual dan beli (melalui kantor pelelangan di Buitenzorg), lahan maupun properti lainnya di Land Sawangan antara 1825 hingga 1850. Apakah ini suatu indikasi di Land Sawangan tidak cukup aman? Di Land Sawangan kerap muncul perihal kriminal. Pembunuhan di keluarga pribumi di Kampoeg Tjoerok (Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 21-03-1853), perampokan terhadap satu keluarga Tionghoa (Lho Kim Bie) di Kampong Bodjongsarie yang kehilangan 20 ekor kerbau yang diduga hasil curin dibawa ke Batavia (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-05-1853). Land Sawangan juga kerap dijadikan sebagai pelintasan perampok dari Batavia yang melakukan operasi di Buitenzorg dan sekitarnya. (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-02-1879).
Situasi dan kondisi serupa itu seakan menggambarkan Land Sawangan sulit akses, sedikit terpencil (baik dari sisi barat /Paroeng maupun dari sisi timur / Depok memjadi kurang aman. Land Sawangan kurang diminati orang Eropa/Belanda yang boleh jadi populasi orang Tionghoa dan Eropa/Belanda karena kerap menjadi sasaran penduduk lokal.
Namun Land Sawangan tentu saja tetap menyimpan potensi ekonomi . Land Sawangan merupakan satu-satunya land di Kota Depok di masa lampau (pada sisi barat sungai Tjiliwong) yang tidak menerima kucuran air irigasi dari bendungan Empang dari sungai Tjisadane yang berada di Buitenzorg (di sisi timur sungai Tjiliwong, Land Tjilodong, Land Tapos dan Land Tjimanggis mendapat aliran irigasi yang bersumber dari bendungan Katoelampa dari sungai Tjiliwong).
Land Sawangan adalah land yang sudah sejak lama ada, namun baru dikenal secara luas di era Pemerintah Hindia Belanda. Land Sawangan ini memiliki batas-batas di dua sisi sungai (sungai Pesanggrahan dan sungai Angke) dan batas Land Tjitajam di selatan dan Land Mampang dan Land Tjinere di utara. Letak landhuis (rumah Landheer) yang dengan sendirinya menjadi ibukota Land Sawangan berada di selatan jalan akses Paroeng-Depok. Landhuis ini kira-kira di Desa Bedahan yang sekarang.
Sawangan saat sekarang adalah daerah yang mulai padat di tinggali oleh penduduk, perkembangan proyek perumahan di sawangan semakin menjamur , dari awal harga rumah sawangan sangat murah sampai saat ini mulai merangkak naik dan sudah tergolong mahal untuk kalangan menengah kebawah, tentu sangat berbeda saat zaman dahulu, sawangan daerah yang kurang menarik dan kurang aman untuk para pendatang.kita simak sejarah sawangan pada masa kolonial di bawah ini.
Land sawangan adalah Tetangga dari Land Depok, Land Mampang, Land Tjinere, Land Tjitajam dan Land Pondok Tjina yang secara ekonomi sudah berkembang sejak era VOC, Land Sawangan justru baru dikembangkan di era Pemerintah Hindia Belanda. Land Sawangan seakan terjepit antara wilayah perluasan ekonomi dari barat (Land Paroeng) dan wilayah perluasan ekonomi dari timur (Land Depok).
Peta 1901 Perkembangan Land Sawangan mulai diperhatikan pemerintah saat mana Pemerintah mengumumkan nilai pajak (NJOP) Land Sawangan sebesar f7.973 (Bataviasche courant, 02-03-1825). Pembentukan Situ Pasir Poetih menjadi faktor penting dalam perkembangan lebih lanjut Land Sawangan. Situ Pasir Poetih tidak hanya memicu pencetakan sawah baru, juga kemudian menjadi sumber air utama dalam intensifikasi perkebunan (onderneming). Inti perkebunan di Land Sawangan berpusat di desa Bedahan yang sekarang.
Belum diketahui sejak kapan dan siapa yang memulai peruntungan di Land Sawangan. Namun cukup kerap terjadi jual dan beli (melalui kantor pelelangan di Buitenzorg), lahan maupun properti lainnya di Land Sawangan antara 1825 hingga 1850. Apakah ini suatu indikasi di Land Sawangan tidak cukup aman? Di Land Sawangan kerap muncul perihal kriminal. Pembunuhan di keluarga pribumi di Kampoeg Tjoerok (Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 21-03-1853), perampokan terhadap satu keluarga Tionghoa (Lho Kim Bie) di Kampong Bodjongsarie yang kehilangan 20 ekor kerbau yang diduga hasil curin dibawa ke Batavia (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-05-1853). Land Sawangan juga kerap dijadikan sebagai pelintasan perampok dari Batavia yang melakukan operasi di Buitenzorg dan sekitarnya. (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-02-1879).
Situasi dan kondisi serupa itu seakan menggambarkan Land Sawangan sulit akses, sedikit terpencil (baik dari sisi barat /Paroeng maupun dari sisi timur / Depok memjadi kurang aman. Land Sawangan kurang diminati orang Eropa/Belanda yang boleh jadi populasi orang Tionghoa dan Eropa/Belanda karena kerap menjadi sasaran penduduk lokal.
Namun Land Sawangan tentu saja tetap menyimpan potensi ekonomi . Land Sawangan merupakan satu-satunya land di Kota Depok di masa lampau (pada sisi barat sungai Tjiliwong) yang tidak menerima kucuran air irigasi dari bendungan Empang dari sungai Tjisadane yang berada di Buitenzorg (di sisi timur sungai Tjiliwong, Land Tjilodong, Land Tapos dan Land Tjimanggis mendapat aliran irigasi yang bersumber dari bendungan Katoelampa dari sungai Tjiliwong).
Land Sawangan adalah land yang sudah sejak lama ada, namun baru dikenal secara luas di era Pemerintah Hindia Belanda. Land Sawangan ini memiliki batas-batas di dua sisi sungai (sungai Pesanggrahan dan sungai Angke) dan batas Land Tjitajam di selatan dan Land Mampang dan Land Tjinere di utara. Letak landhuis (rumah Landheer) yang dengan sendirinya menjadi ibukota Land Sawangan berada di selatan jalan akses Paroeng-Depok. Landhuis ini kira-kira di Desa Bedahan yang sekarang.
Sumber : poestahadepok.blogspot.com
loading...
Sawangan Tempo Doeloe
4/
5
Oleh
A.pro