KISAH KONG / MBAH TIRAN DARI CIPAYUNG

KISAH MBAH TIRAN DARI KAMPUNG CIPAYUNG

Mbah tiran konon kabarnya adalah orang pertama yang menyebarkan agama islam di kampung cipayung depok. mbah tiran berasal dari kawasan cirebon, kisah ini di ambil dari Halaman Facebook Depok Tempo Doeloe, berikut kisahnya :
Kampung Cipayung pada awalnya adalah sebuah perkampungan kuno dengan hutan belantara yang dikelilingi oleh area persawahan, terletak di desa Sukmajaya, kecamatan Cimanggis kewedanaan Cibinong, karasidenan Buitenzorg (Bogor) jauh sebelum perang kemerdekaan, di kampung tersebut singgah seorang perajurit Mataram dan sekaligus penyebar agama Islam dari Cirebon bernama Mbah Tiran, sedangkan isterinya bernama Nyai Putih berasal dari Banten. 

Mbah Tiran bersama Muhammad (pengawalnya), turut serta dalam pasukan Mataram melawan VOC di Batavia pada masa pemerintahan Sultan Agung. Karena mengalami kegagalan dalam penyerbuan ke Batavia, Mbah Tiran pantang untuk pulang kembali ke Mataram, akhirnya menetaplah di sebuah perkampungan yang bernama Cipayung untuk menyebarkan agama Islam yang pada waktu itu mayoritas masih memeluk agama hindu, meskipun ada juga yang sudah beragama Islam namun pengaruh agama Hindu masih kental.

Mbah Tiran merupakan sosok ulama prajurit yang turut serta memahamkan Islam di sekitar luar Batavia, disamping masih banyak ulama-ulama prajurit Mataram lainnya yang tersebar di sekitar Batavia seperti; Kanjeng Ratu Pembayun leluhur di Kebayunan, salah satu putri Panembahan Senopati Mataram (1580), Kanjeng Raden Santriyuda (Wali Mahmudin, Putra Sultan Agung Mataram, 1629) di Tapos, Buyut Riin (Raden Reksekbuwono,1682), Tumenggung Surotani di Sukatani, Tumenggung Uposonto, Mbah Raden Wujud Beji di Beji, Raden Sungging di Pondok Terong, Raden Sukmajaya(Wali Hasan), asal usul nama Sukmajaya di Cikumpa dan masih banyak lagi prajurit maupun punggawa kerajaan Mataram, Banten maupun Cirebon yang berada di pesisir Batavia, yang turut serta menyiarkan agama Islam.

Sepeninggalnya Mbah Tiran, penyebaran agama dilanjutkan oleh H. Japat yang merupakan menantu dari Mbah Tiran, dan pemindahan bangunan masjidpun terjadi yang pada awalnya di tanah milik Mbah Tiran dipindah ke tanah milik H. Japat, masjid tersebut bernama Masjid Nurul Mu’min dan penyebaran agama semakin meluas. Namun dari anak keturunan H.Japat tidak ada yang menekuni ilmu agama akan tetapi lebih kepada pemerintahan sehingga dakwah mulai tersendat. Tersendatnya dakwah Islam bukan berarti kehidupan beragama di kampung Cipayung itu mati melainkan semakin meluas sampai kepada kampung-kampung disekitarnya seperti kampung Sidamukti, Cikumpa, Parung Serab, Bojong, Bojong Lio, Sugutamu, dan Cisalak, karena kampung Cipayung tidak lagi menjadi sentral penyebaran agama. 



Jalan H Japat

Sedangkan di Cipayung dilanjutkan oleh Mu’alim H. Ma’un yang merupakan cucu Mbah Tiran dari anak yang bernama Nyai Sunning, yang mengajarkan ilmu agama dan juga mengajarkan al-Quran, selain itu pada tahun 1930-an semakin banyak ulama-ulama yang berdatangan ke kampung Cipayung baik yang menetap maupun hanya singgah di kampung itu, antara lain Guru H. Karim dari Tebet membidangi ilmu tauhid dan fiqih, Guru H. Muslim dari Cipete membidangi ilmu tauhid, politik dan kemiliteran karena beliau adalah seorang pergerakan dari Laskar Hizbullah underbow dari Partai Masyumi, Guru H. Juhdi dari Sukabumi membidangi ilmu pendidikan, Mu’alim Dekhir (Abdul Khair) membidangi sastra dan tasawuf dan, Mu’alim Syafi’i dari Cibinong lebih kepada tasawuf dan hikmah. Pemahaman masyarakat tentang agama di Kampung Cipayung semakin kuat.

Pada era kemerdekaan tahun 1945 para pemuda Islam dari kampung tersebut banyak yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan seperti halnya ikut dalam kesatuan Laskar Hizbullah antaralain, M.Ilyas bin Sailan, Amin bin Ma’un, Saman bin Nian, Naman bin Rasim, Abdulloh bin Yunus dll. ada juga yang menjadi anggota TKR, Laskar Rakyat dan bahkan ada juga yang ikut kesatuan Barisan Bambu Runcing yang pada akhirnya berhadap-hadapan dengan Laskar Pemuda Depok pimpinan Tole Iskandar dalam aksi gedoran di Depok.

Ketika keadaan sudah normal kembali dan meskipun kekuatan kaum Komunis mulai meracuni pemuda kampung Cipayung, kehidupan beragama juga semakin kuat karena dikampung tersebut dimotori oleh para pejuang dari kesatuan Laskar hizbullah seperti Mu’alim H. M.Ilyas disamping sebagai ulama juga sebagai kepala desa Sukmajaya, sedangkan sekdesnya Muhidin dari Barisan Bambu Runcing yang selalu tidak sepaham dengan kadesnya, Mu’alim H.Amin (1918-2004) sebagai ulama juga menjabat sebagai Pamong Desa (ulu-ulu) desa serta tokoh masyarakat yang merupakan cicit dari Mbah Tiran, dan H. Zakariya juga seorang ulama dan tokoh masyarakat. Ketiga tokoh agama tersebut melanjutkan dakwah Islam di Kampung Cipayung sampai generasi selanjutnya yaitu Ust. H. Rohili, kini beliau juga sudah wafat dan belum ada penggantinya sekaliber keulamaan para pendahulu di kampung Cipayung ini.

Kampung Cipayung berada di sebelah timur Depok yang sekarang berlokasi di Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya dan juga bertetanggaan dengan Kampung Cikumpa, Bojong, Bojong Lio, Sidamukti, Sugutamu yang dahulu ada juga nama lain dari Sugutamu yaitu Cironyok atau sering juga dikenal dengan nama Teronyok, ada juga kampung yang hilang tergusur oleh pengembagan perumnas yaitu kampung Bonjol . Sekarang kampung Cipayung diapit oleh perumnas Depok dua Tengah dan Depok dua Timur yang dahulunya area persawahan begitu luas dan dibelah oleh tiga jalan raya kota yaitu Jl. Proklamasi, Jl. Merdeka dan Jl. Tole Iskandar, sebelah selatan Jl. Tole Iskandar yang berbatasan dengan Sidamukti dan Cikumpa lebih terkenal dengan nama Kampung Cipayung Jembatan.

Karena perkembangan zaman begitu pesat, kini Cipayung tidak lagi disebut kampung atau perkampungan tetapi diganti istilahnya dengan nama lingkungan, tidak ada lagi hutan, tidak ada lagi persawahan yang ada hanyalah pemukiman penduduk yang begitu padat dan pertambahan penduduk itu karena urban dari berbagai macam suku dan daerah yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan perkembangan tempat ibadah yang pada awalnya hanya terdapat sebuah masjid yaitu Masjid Nurul Mu’min kini sudah semakin banyak karena sesuai dengan perkembangan penduduk yang begitu pesat diantaranya Masjid Al-Barokah di Cipayung Jembatan, Masjid Daarut Taqwa, Masjid Nurul Iman, Masjid Al-Awami, dan Masjid Daarul Iman disamping itu juga banyak mushalla-mushalla tersebar di pemukiman penduduk.


sumber : Akun facebook Depok Tempo Doeloe
loading...

Artikel Terkait

KISAH KONG / MBAH TIRAN DARI CIPAYUNG
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email