Rumah Cimanggis
Salah satu peninggalan jejak masalalu cimanggis adalah rumah peristirahatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, yang terletak di kompleks pemancar RRI. Rumah besar ini pernah menjadi tempat peristirahatan yang terkenal karena keindahannya. Rumah Cimanggis, begitu orang sering menyebutnya, dibangun antara tahun 1775 dan 1778 oleh David J. Smith. Semula rumah peristirahatan ini berupa bangunan sederhana. Bangunan ini milik janda Gubernur Jenderal Hindia Belanda van der Parra. Ketika sang janda meninggal tahun 1787, Smith mewarisinya lengkap dengan seluruh perabotan maupun hewan peliharaannya.
Rumah Cimanggis terlihat megah dengan tiang-tiang besar menopang atapnya yang kukuh. Jendelanya, sama seperti bangunan Hindia Belanda lainnya, pintu dan jendelanya berukuran besar-besar dengan ukiran yang indah di bidang angin-angin di atasnya.
Menurut A. Heuken, SJ dalam bukunya, Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, di mana sebagian data tulisan ini diambil darinya, rumah Cimanggis adalah contoh yang bagus bagi bangunan di Indonesia Abad Ke-18, dan memperlihatkan unsur pengaruh gaya Louis XV. Ia menyarankan agar rumah ini dijaga betul-betul sebab menajdi salah satu dari hanya kira-kira tiga rumah saja yang pernah berperansebagai pusat pembukaan hutan di wilayah antara Jakarta-Bogor.
Tinggal reruntuhan
Sayang sekali harapan Heuken, seorang pastor yang memiliki pengetahuan sejarah dan arsitektur yang luas, kandas. Hingga Maret 2013, bangunan itu telah porak-peranda, atapnya runtuh, daun pintu serta jendela banyak yang hilang atau rusak. Yang tersisa adalah setumpukan kayu dan genteng sisa atap yang telah runtuh, dan ini pun sudah ditumbuhi semak. Semula ada beberapa keluarga yang mendiami tempat ini, akan tetapi berhubung kondisi bangunan kian mengkhawatirkan mereka pindah.
Jendela kaca besar-besar masih tersisa, dengan kaca yang masih termasuk asli. Sebagian kaca ada yang dicat warna biru, dan bermacam-macam jenis sticker masih tertinggal.
Lokasi
Rumah Cimanggis ini kini terletak di kompleks pemancar RRI, berdiri dengan jarak k.l. 1,5 km dari jalan raya Jakarta Bogor. Pohon besar-besar kini mencengkeram bagian depan gedung, dengan atap serambi yang nyaris roboh Pada petang hari banyak penduduk yang meluangkan waktu di kompleks ini sebagai tempat rekreasi yang murah-meriah. Tentu saja sepanjang mereka mengikuti aturan dan larangan misalnya tidak boleh bermain layang-layang karena dapat mengganggu kabel transmisi serta dapat membahayakan jiwa orang.
Banyak warga Depok yang tidak tahu sejarah atau latar belakang gedung megah yang kini runtuh dan menganggapnya sebagai bangunan seram dan ada yang menganggapnya mungkin berhantu. Sayang seribu kali sayang.
Salah satu peninggalan jejak masalalu cimanggis adalah rumah peristirahatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, yang terletak di kompleks pemancar RRI. Rumah besar ini pernah menjadi tempat peristirahatan yang terkenal karena keindahannya. Rumah Cimanggis, begitu orang sering menyebutnya, dibangun antara tahun 1775 dan 1778 oleh David J. Smith. Semula rumah peristirahatan ini berupa bangunan sederhana. Bangunan ini milik janda Gubernur Jenderal Hindia Belanda van der Parra. Ketika sang janda meninggal tahun 1787, Smith mewarisinya lengkap dengan seluruh perabotan maupun hewan peliharaannya.
Rumah Cimanggis terlihat megah dengan tiang-tiang besar menopang atapnya yang kukuh. Jendelanya, sama seperti bangunan Hindia Belanda lainnya, pintu dan jendelanya berukuran besar-besar dengan ukiran yang indah di bidang angin-angin di atasnya.
Menurut A. Heuken, SJ dalam bukunya, Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, di mana sebagian data tulisan ini diambil darinya, rumah Cimanggis adalah contoh yang bagus bagi bangunan di Indonesia Abad Ke-18, dan memperlihatkan unsur pengaruh gaya Louis XV. Ia menyarankan agar rumah ini dijaga betul-betul sebab menajdi salah satu dari hanya kira-kira tiga rumah saja yang pernah berperansebagai pusat pembukaan hutan di wilayah antara Jakarta-Bogor.
Tinggal reruntuhan
Sayang sekali harapan Heuken, seorang pastor yang memiliki pengetahuan sejarah dan arsitektur yang luas, kandas. Hingga Maret 2013, bangunan itu telah porak-peranda, atapnya runtuh, daun pintu serta jendela banyak yang hilang atau rusak. Yang tersisa adalah setumpukan kayu dan genteng sisa atap yang telah runtuh, dan ini pun sudah ditumbuhi semak. Semula ada beberapa keluarga yang mendiami tempat ini, akan tetapi berhubung kondisi bangunan kian mengkhawatirkan mereka pindah.
Jendela kaca besar-besar masih tersisa, dengan kaca yang masih termasuk asli. Sebagian kaca ada yang dicat warna biru, dan bermacam-macam jenis sticker masih tertinggal.
Lokasi
Rumah Cimanggis ini kini terletak di kompleks pemancar RRI, berdiri dengan jarak k.l. 1,5 km dari jalan raya Jakarta Bogor. Pohon besar-besar kini mencengkeram bagian depan gedung, dengan atap serambi yang nyaris roboh Pada petang hari banyak penduduk yang meluangkan waktu di kompleks ini sebagai tempat rekreasi yang murah-meriah. Tentu saja sepanjang mereka mengikuti aturan dan larangan misalnya tidak boleh bermain layang-layang karena dapat mengganggu kabel transmisi serta dapat membahayakan jiwa orang.
Banyak warga Depok yang tidak tahu sejarah atau latar belakang gedung megah yang kini runtuh dan menganggapnya sebagai bangunan seram dan ada yang menganggapnya mungkin berhantu. Sayang seribu kali sayang.
loading...
CIMANGGIS
4/
5
Oleh
A.pro